Sabtu, 28 Februari 2009

Ada Apa Dengan Pendidikan Indonesia


" Pendiddikan diselengggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya"
(Paulo Friere)

Hampir di setiap peradaban negara-negara maju seperti Jerman, Inggris, italia Amerika, dan Jepang. Sekolah sangat berperan dalan perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan. Sekoalah adalah pencetak para pemikir dan cendikia yang mengabdikan diri mereka untuk ilmu dan kesejahteraan umat manusia. Tempat dimana terjadinya persimpanagan ide-ide para jenius. Sebuah bangunan dimanan disebut-sebut sebagai lambang peradaban manusia. Setiap individu di hargai sebagai individu yang unik dan didorang kreativitasnya.

Proses pendidikan yang kita jalankan selama ini di hampir seluruh sekolahan ternyata tidak lebih dari sekedar pengalihan informasi dari guru kepada siswanya secara sepihak. anak didik di bebani berbagai arus informasi yang bersifat vertikal tanpa diberikan keleluasaan untuk berkreasi dan melepaskan segenap kemampuan berfikir secara mandiri. Para siswa tidak dibekali ketrampilan yang bermakana dan keterampilan yang mereka butuhkan sesuai dengan lingkungan mereka. Sehingga sekolah hanya tempat bertemunya siswa dan guru dan hanya sekedar rutinitas menghafal, mencatat, dan latihan mengerjakan soal. Hal ini tidak sesuai dengan motto pendidikan UNESCO: Lerning to Know, Learnin to Do, Learning to Live Together, Learning to Be. Proses pendidikan yang terjadi bukanlah realisasi upanya untuk membebaskan anak didik dari persoalan hidup, melainkan menjadi belenggu yang membebani mereka.

Sejak digulirkanya UU tentan guru dan dosen yang mencantumkan anggarang pendidikan adalah 20% dari APBD, ternyata tidak banyak berubah wajah pendidikan kita. Bahkan andai kata angggarang 20% teraelisasi mungkin tiddak dapat memberikan perbaikan tentang carut-marutnya pendidikan di Indonesia. Karena masalah pendidikan di Indonesia bukan cuma anggaran. Sistem pendididkan, kualitas guru, muatan kurikulum dan materi adalah seabreg masalah yang harus dihadapi.
Wiwit Kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar